Jumat, 29 Oktober 2021

Tentang Rasa Kantuk ketika Bermujahadah Alquran

 

Bismillahirrahamaanirrahiim... alhamdulillah bisa sharing tulisan lagi. kali ini resume dari kajian majelis air mata murajaah bersama ustadz Deden M. Makhyaruddin, MA hafidzahullah. Semoga beliau senantiasa. 

Seringkali saya mengantuk ketika belajar/menuntut ilmu apalagi kalau lagi bermujahadah bersama Alquran. kalau flash back waktu menjadi santri di zaman S2 dulu saya dikenal dengan santri yang sering mengantuk. Mudah-mudahan rasa kantuk ini bukan bagian dari al kasal melainkan sebagai bentuk al-ajzu (lemahnya karena fisik). Maklum dlu disambi kuliah yang jaraknya lumayan dan pake angkot biru 112 atau 19 (keingetan terus deh kalo naik angkot mah hehehe). 

Nah berikut ini resume kajian dari beliau. Sedikit ulasan terkait definisi malas dari beberapa ulama, dan penyebab ngantuk lainnya sampai pada tips para ulama untuk mengatasi rasa kantuk. 


Mengantuk adalah hal wajar bahkan konotasinya adalah positif dalam Alquran. Yang kurang baik itu adalah penyebab dari mengantuknya. Penyebabnya bisa dari rasa malas dan syetan. Malas adalah lambat dan frustasi, future dan hilang semangat dari mengerjakan sesuatu kebaikan. Al Munawi juga mendefinisikan kasal adalah mengerjakan sesuatu dengan lamban dan kendor padahal mampu dan kuat. Tidak terbangun jiwanya pada kebaikan. Dari al kasal muncul al’ajez (keadaan lemah). Kata ibnu hajar al asqolani bahwa perbedaan antara al kasal dan al ajzu adalah al ajzu tidak mengerjakan karena tidak punya kemampuan.

Misalkan ada sesorang tidak bisa mengangkat air segalon karena tidak mampu semisal sakit kakinya. Kalua al kasal tidak mengerjakan padahal punya kemampuan untuk mengerjakannya. Rasulullah meminta kepada Allah dari kejahatan al kasal dan al ajzu. Maka tidak semua al ajzu adalah tercela. Keadaan lemah yang bukan karena malas tidaklah tercela. Misal tidak mampu murajaah karena tenaganya tidak kuat maka tidak tercela (lebih kepada fisik). Malas menyebabkan tidak mampu (ajzu) karena kekuatannya hilang sebab malas. Al ajzu ini lah yang harus diwaspadai. Contoh pada suatu ketika Rasulullah saw masuk masjid. Di masjid ada tali yang terbentang antara dua tiang di masjid. Rasul bertanya, ini kerjaan siapa kok ada tali. Ternyata setelah digali itu milik Zainab. Tali itu digunakan ketika malam solat yang bacaannya lama, maka saat tidka mampu akan menggenggam tali tersebut. Masyaa Allah. Ini berarti Zainab saking semangatnya, tenaga seorang akan habis. Lalu Nabi saw merespon “lepaskan tali itu”. Nah ajzu ini adalah yang tidak tercela. Yang buruk adalah tidak mampu melakukan karena malas.

Ada istilah lain yaitu rasa bosan. Rasa bosan (addojru). Bosan adalah bukan malas. Dojru adalah tidak sabar. Sudah melakukan tetapi tidak tahan akhirnya tidak tuntas. Ini pun bagian dari malas juga. Lalu mana bagian ngantuk?. Jika seseorang Sudha usaha melawan malasnya, mulailah menghafal atau murajaah. Ketika murajaah itu ada rasa bosan dan tidak mampu menuntaskan hafalannya maka disitu ada mengantuk. Jika tidak mengantuk ada al malal (hambar), masih ada kesabara. Hanya perasaan yang berubah. Al malal juga diterjemahkan dengan rasa bosan tetapi tidka mengubah sabar. Ini tidak tercela,. Jika dojr yang mengubah sampai tidak sabar ini tercela

Berikut adalah amalan-amalan yang dilakukan oleh para ulama untuk menjaga rasa kantuk yang sering kita hinggapi saat bermujahadah Bersama Alquran:

1.    Tidak tidur di Kasur. Amalan ini meskipun sederhana dan terasa aneh dan simple, ini adalah tradisi ulama dalam menuntut ilmu. Tujuannya agar tidak mudah tidur. Imam hasan bin ziyad. Kisah mencari ilmunya menjadi inspirasi, beliau hidup di abad 2 hijriyah. Kuhabiskan malam dengan bersandar, sementara kitab kita ada dalam dadaku selama 40 tahun. Beliau menghindari kenyamanan agar gampang bangun. Para kyai pun dulu di Indonesia demikian.

2.    Selingan hiburan. Hiburan ini terjadwal, sifatnya selingan saja, dilakukan sesekali dan durasinya sebentar. Apabila menghafal 1 jam, murajaah 1 jam, bisa jadi hiburannya 5 menit. Tidak berjalan begitu saja. Lalu hiburannya apa?. Tentu yang halal. Kalua para ulama, hiburannya adalah membaca atau mendengarkan syair tanpa music. Seorang sahabat, ibnu abbas ahli tafsir quran, ketika ada rasa al malal (hambar) maka beliau akan mengumpulkan syair-syair. Pastikan hiburan itu selingan saja dan sebentar saja.

3.    Selalu tersedia baskom berisi air. Menyediakan air untuk mengatasi rasa kantuk. Tentunya ini bisa dimodifikasi. Imam Abu Yusuf, murid imam abu hanifah. Beliau melakukan hal tersebut agar tidak mengantuk ketika menuntut ilmu. Seringkalinya mengantuk itu tidak terjadi, hanya sebagai antisipasi saja.

 

Dengan cara-cara tersebut dari para ulama, maka sampailah pada peradaban yang luar biasa saat ini. Mujahadah2 yang Beliau lakukan untuk menuntut ilmu hingga bisa kita rasakan saat ini. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

motivasi beralquran (fitrah nabawiyah dalam menghafal quran)

Kenapa Haafidz Quran itu sangat diistimewakan oleh Rasulullah saw? Karena mereka lah yang dekat dengan Allah swt, bagaimana lisan mereka sen...