Sabtu, 29 Mei 2021

Menjaga Kehalal-an

 

“taharrir halal”

Menjaga kehalalan

disarikan dari kajian bersama Ustadz Abdul Aziz AR, Lc., Alhafidz 

Tarbiyah romadohon yang berhasil harus menghasilkan sebuah kehati-hatian atau sebuah sikap yang permanen. Contoh kasus terkait makanan yang haram.  “kami tidak akan pernah terlintas untuk makan yang haram”. Bahkan dalam hal ini berlaku apa yang disebut “tawarru’ fil adami akalil haram” berhati-hati pada makan yang haram. Hati-hati ini sikap seperti lebay kata orang. Tapi kita lihat ibrahnya. Betapa para tabiin selalu diingatkan ketika telah makan. Ketika diingatkan bahwa apa yang telah dimakannya ternyata mengandung yang haram. Seketika itu langsung memuntahkan apa yang dimakannya. Betapa hati-hatinya dalam perkara makan. Itu sebagai bentuk kehati-hatian dari tabiin. Maka bentuk yang lainnya adalah dengan bertaubat, bisa juga dengan menggantikan makanan yang ternyata punya orang lain, dll.

Terus berusaha menjaga apa yang masuk maupun apa yang dimiliki tetap halal. Ini menunjukkan ibadah yang semakin baik. QS. Al-a’raf (wayahillu lakumuthayyibat… wal aghlalu) itulah yang menjadi ciri khas ummat Muhammad saw secara khusus. Ciri khas ini sudah dikenl oleh ahli taurat dan injil. Itulah ayat alquran yang menunjukkan betapa pentingnya menjaga kehalalan. Hadist Bukhori menunjukkan bahwa “akan datang sebuah massa di mana manusia pada umumnya tidak peduli manusia apakah mencari hartanya itu dengan cara halal maupun haram”, jika kita mengikuti di lapangan, hadist ini betul-betul terasa. Bahwa orang2 yang masih berusaha mempertahankan kehalalan rizqkinya sangat asing di tengah orang yang tak perduli. Terlebih Sudah haram terlebih campur dengan syirik kepada allah. Sebagaimana manusia yang mecari rizqi dengan menumbalkan anaknya, misal anaknya dibuat gila atau mati demi rizqi. Kita juga menemukan orang pergi ke gunung untuk mencari harta. Inilah fitnah akhir zaman.

Tujuh dosa besar, salah satunya adalah merampas harta anak yatim. 3 hal yang mempengaruhi kehidupan manusia, syirik pada Allah, riba dan merampas harta anak yatim. Inilah bentuk penyimpangan yang terjerumus harta haram. Pentingnya Gerakan untuk mengajak ummat kepada Alquran, dengan alquran, maka penjagaan diri manusia akan menjadi kuat. Qs. Alfajr ada ancaman yang dahsyat yaitu mereka yang terjerumus dalam harta haram, maka sepertinya di dunia enak dan bebas, sungguh di akhirat akan sangat beresiko yang luar biasa, sengsara yang bisa jadi abadi, dll.  Begitu juga jangan ditanya dalam kehidupan ummat islam terdahulu, bagaimana mereka selalu mewaspadai hal2 haram. Bukan lagi itungan bulan, tapi setiap saatnya.

Para istri tabiin setiap melepas suami bekerja mereka selalu mengingatkan “taharru bil halal”. Usahakan lah yang halal. Sesungguhnya kami lebih bersabar dengan risiko mendapatkan atau tidak mendapatkan harta hanya karena ingin halal. Yang tidak kami sabari adalah ketika mendapatkan yang tidak halal. Tidak mungkin manusia itu bersabar atas adzab atau api neraka. Pentingnya memakan hal2 yang dihalalkan oleh Allah.

Hal yang perlu diwaspadai adalah tingkat personal. Bagaimana menghasilkan keimanan secara personal. Bahwa orang beriman tidak akan tertarik dengan sesuatu yang haram baik dengan dzat dan prosesnya yang haram. Tentu semua kembali pada keimanan pada Allah dan hari akhir, saat orang beriman bisa menghadirkan mengerikannya yaumul hisab, “la tazuulu..” di saat hisab kaki tidak akan selesai penghisaban setelah ditanya 4 hal, diantaranya adalah harta dari mana diperoleh dan untuk apa saja dibelanjakan. Inilah yang harus dibangun. 

Dengan perjalanan waktu, Allah akan menguji hambaNYa dengan keluarganya. Apakah masih kuat menjaga yang halal ketika Sudha berumah tangga. Maka pentingnya untuk diingatkan. Terkadang selalu tak terduga,

Raulullah selalu mengingatkan hati-hati ketika ujiannya semakin meluas untuk taharrir halal ini, apalagi kalau sudah terkait jabatan. Apabila tidak berhasil, maka ciri khasnya adalah  akan terfitnah atau tersibukkan untuk memperkaya diri sehingga tidak peduli kehalalah hartanya. Rasulullah mengingatkan untuk tidak pernah meminta jabatan kecuali sangat terpaksa. Contoh seperti nabi Yusuf. Meminta jabatan karena semua di pemerintahan itu tidak solih. Jika kita memperubutkan jabatan dan disitu ada orang solih, maka bisa jadi Allah tidak akan menolong urusannya.

Dimensi taharrir halal, pada dimensi pribadi adalah terjaga diri. Ketika sudah berkeluarga/ berumah tangga, maka salah satu tarbiyahnya adalah bagaimana anak dan istri jangan sampai kemasukan sesuatu yang haram. Menyiapkan generasi terbaik.  Dimensi lain adalah solahun nas. Ketika menjadi bendahara di suatu komunitas dan dia memiliki akhlak taharrir halal, maka akan ada keberkahan yang diperoleh. Dimensi masyarakat/ negara. Ketika tarbiyah Maliyah yang baik, akan membuat negeri itu kuat dan Makmur. Semoga Allah menjaga negeri ini. Ketika dakwah ada tema islahul hukumah, maka ada proses tarbiyah terhadap pribadinya, orang2 yang sedang diuji dalam jabatan, agar dengan jabatan itu punya kemmapuan menjaga amanah. Ketika manusia itu mendapat ujian memegang jabatan, maka tarbiyah tazkiyatun nafs adalah “selama itu uang negara/ rakyat, maka di dalam dirinya tidak ada tertarik sedikit pun”. Mereka yang faham terhadap hakikat jabatan, seperti misal orang non islam dan takut dengan UU, Harusnya orang beriman lebih-lebih dari itu, bukan karena takut UU. Bagi orang islam, jabatan adalah untuk khodimul ummah. Melayani ummat.

Siapa yang memahami bahwa menjadi pelayan ummat adalah amal solih adalah orang-orang yang diagungkan oleh Allah. Jabatan bagi dirinya adalah khidmatun nas. Bukan untuk mengeruk harta jabatan.

 

 🍃 Doa agar dihindarkan dari yg haram 🍃

اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

" Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karuniaMu dari bergantung pada selainMu”

(HR. Tirmidzi No. 3563)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

motivasi beralquran (fitrah nabawiyah dalam menghafal quran)

Kenapa Haafidz Quran itu sangat diistimewakan oleh Rasulullah saw? Karena mereka lah yang dekat dengan Allah swt, bagaimana lisan mereka sen...