LANJUTAN
HASAD
Dapat terhindarkan dengan menghilangkan tanaffus fiddunya. Contoh ketika
ada temen kita yang punya suara bagus ketika menjadi imam. Lalu kita menjadi
masalah bagi kita, maka itu masuk tanaffus fiddunya. Padahal kan Allah yang
memberikan suara indah. Lalu kita merasa hina karena suaranya tidak bagus dan
jamaahnya sedikit. Sejatinya proses menghafalkan Alquran sudah sangat mulia. Adapun
suara bagus dan banyak jamaah itu hanyalah bonus. Masalah bonus jangan dijadikan
masalah, karena dunia itu adalah ziina atau perhiasan. Fokuslah pada inti dari
Alquran itu saja.
Hasad muncul juga karena ma’rifatullah yang kurang, syukur yang minim,
dan lainnya. Adapun dampak dari hasad pun juga banyak buntutnya. Itulah pentingnya
mempelajari afaatu ‘ala thaariq. Untuk menghindari kondisi titik lemahnya. Hal itu
bisa terjadi bahkan di kalangan para penghafal Quran sendiri.
Ada dampak lain yang berat dari hasad. Dampak itu adalah al-‘ain/
pandangan. Al-‘ain ini adalah pandangan manusia yang tercampuri denga rasa hasad
yang dalam. Pandangan mata ini dapat merusak saudara kita yang dipandang. Antibodinya
pada penyakit ain adalah al-ma’surat.
Kasus: upload
foto mobil baru. Kepada orang-orang yang berhak. Contoh kepada mertua masin
diperkenankan untuk mengamalkan pada ayat ini
وَأَمَّا
بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap
nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. [Surat Ad-Dhuha (93) ayat 11]
Tidak setiap sebuah pandangan itu ain itu berdampak. Semua itu atas izin
Allah. Jangan terlalu khawatir. Tetep terikat dengan takdir Allah.
وَٱتَّبَعُوا۟ مَا
تَتْلُوا۟ ٱلشَّيَـٰطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَـٰنَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَـٰنُ
وَلَـٰكِنَّ ٱلشَّيَـٰطِينَ كَفَرُوا۟ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحْرَ وَمَآ أُنزِلَ
عَلَى ٱلْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَـٰرُوتَ وَمَـٰرُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ
حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌۭ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا
مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَزَوْجِهِۦ ۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ
مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ
ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا۟ لَمَنِ ٱشْتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنْ خَلَـٰقٍۢ
ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
Dan mereka
mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan
mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak
kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut,
sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah
kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang
dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya
kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu
yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab
Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat
jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui. [Surat Al-Baqarah (2) ayat 102]
Rasulullah saw dalam hadist sohih “Al’ainu haqqun”. Ain itu Sesuatu yang
membahayakan, sampai merusak, sampai sakit pada ain. Itulah sesuatu yang nyata.
Secara sains pun, terbukti jika ain dengan hasad bisa merusak gelombang jiwa dan
membahayakan orang lain. Antara kita dengan yang lain punya daya tahan yang
berbeda. Sahabat Ja’far itu rentan dari ain. Pentingnya dzikir pada Allah swt. Bahkan
tidak saja pandangan hasad, tapi pandangan terlalu kagum pun apabila
pandangannya tidak dikembalikan pada allah bisa berdampak kagum. Kagum ilmu
seseorang. Kagum pada kepribadian, dll. Dikembalikan pada allah itu contohnya
adalah diiirngi dengan kalimat “masya Allah la quwwata illa billah”. Atau masya
Allah tabaarakallahu ahsanul khooliqin. Agar terjaga dari akhlak lain yang
tidak baik seperti mengkultuskan (tidak rasional). Aman bagi pengagumnya. Pintar
itu semata-mata karena pemberian allah. Bahkan Sebagian ulama sampai menyebut “subhanallahu
alladzi kholaqoka”. Ain itu sebuah kenyataan dalam kehidupan manusia. Penting supaya
tidak terjadi ain, seperti pada bayik. Maka kepada yang melihatnya maka harus
berdoa atau berdzikir agar terhindar dari ain.
Kisah Nabi Ya’qub AS yang menjaga pandangan dari ain akan anak-anaknya
yang memiliki paras sangat baik (terhindar dari perhatian orang banyak).
وَقَالَ يَـٰبَنِىَّ لَا تَدْخُلُوا۟ مِنۢ بَابٍۢ وَٰحِدٍۢ وَٱدْخُلُوا۟ مِنْ
أَبْوَٰبٍۢ مُّتَفَرِّقَةٍۢ ۖ وَمَآ أُغْنِى عَنكُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ إِنِ
ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ
Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu
(bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu
gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu
barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu)
hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya
saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri". [Surat Yusuf (12) ayat
67].
Anak-anak Nabi Ya’qub diminat untuk memasuki pintu yang berbeda agar
tidak menarik perhatian kalua secara bergerombol. Semata-mata untuk menghindarkan
dari ain ini. Khwatir orang lain yang melihat tidak berdzikir.
Siapa yang terkena ain maka dianjurkan meruqiyah diri dengan alfaatihah,
ayat qursi dan ayat alfalaq. Bisa juga dengan media seperti minyak zaitun
dengan bacaan tadi. Kemudian minyak zaitun diusapkan ke seluruh badan agar
Allah sqt memberkahi dirinya. zaitun adalah pohon keberkahan
۞ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكَوٰةٍۢ
فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ ٱلْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ ۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌۭ
دُرِّىٌّۭ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍۢ مُّبَـٰرَكَةٍۢ زَيْتُونَةٍۢ لَّا شَرْقِيَّةٍۢ وَلَا
غَرْبِيَّةٍۢ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۭ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ
نُورٍۢ ۗ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَـٰلَ
لِلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۭ
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya
Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada
pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki,
dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. [Surat An-Nur (24) ayat 35].
Bisa juga orang yang terdampak ain berhak meminta bekas air mandi dari
orang yang menjadi penyebab ain itu
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar