Sabtu, 03 Juli 2021

tentang Hasad yang Berujung Penyakit Ain


LANJUTAN HASAD

Dapat terhindarkan dengan menghilangkan tanaffus fiddunya. Contoh ketika ada temen kita yang punya suara bagus ketika menjadi imam. Lalu kita menjadi masalah bagi kita, maka itu masuk tanaffus fiddunya. Padahal kan Allah yang memberikan suara indah. Lalu kita merasa hina karena suaranya tidak bagus dan jamaahnya sedikit. Sejatinya proses menghafalkan Alquran sudah sangat mulia. Adapun suara bagus dan banyak jamaah itu hanyalah bonus. Masalah bonus jangan dijadikan masalah, karena dunia itu adalah ziina atau perhiasan. Fokuslah pada inti dari Alquran itu saja.

Hasad muncul juga karena ma’rifatullah yang kurang, syukur yang minim, dan lainnya. Adapun dampak dari hasad pun juga banyak buntutnya. Itulah pentingnya mempelajari afaatu ‘ala thaariq. Untuk menghindari kondisi titik lemahnya. Hal itu bisa terjadi bahkan di kalangan para penghafal Quran sendiri.

Ada dampak lain yang berat dari hasad. Dampak itu adalah al-‘ain/ pandangan. Al-‘ain ini adalah pandangan manusia yang tercampuri denga rasa hasad yang dalam. Pandangan mata ini dapat merusak saudara kita yang dipandang. Antibodinya pada penyakit ain adalah al-ma’surat.

Kasus: upload foto mobil baru. Kepada orang-orang yang berhak. Contoh kepada mertua masin diperkenankan untuk mengamalkan pada ayat ini

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. [Surat Ad-Dhuha (93) ayat 11]

Tidak setiap sebuah pandangan itu ain itu berdampak. Semua itu atas izin Allah. Jangan terlalu khawatir. Tetep terikat dengan takdir Allah.

وَٱتَّبَعُوا۟ مَا تَتْلُوا۟ ٱلشَّيَـٰطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَـٰنَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَـٰنُ وَلَـٰكِنَّ ٱلشَّيَـٰطِينَ كَفَرُوا۟ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحْرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى ٱلْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَـٰرُوتَ وَمَـٰرُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌۭ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَزَوْجِهِۦ ۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا۟ لَمَنِ ٱشْتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنْ خَلَـٰقٍۢ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. [Surat Al-Baqarah (2) ayat 102]

Rasulullah saw dalam hadist sohih “Al’ainu haqqun”. Ain itu Sesuatu yang membahayakan, sampai merusak, sampai sakit pada ain. Itulah sesuatu yang nyata. Secara sains pun, terbukti jika ain dengan hasad bisa merusak gelombang jiwa dan membahayakan orang lain. Antara kita dengan yang lain punya daya tahan yang berbeda. Sahabat Ja’far itu rentan dari ain. Pentingnya dzikir pada Allah swt. Bahkan tidak saja pandangan hasad, tapi pandangan terlalu kagum pun apabila pandangannya tidak dikembalikan pada allah bisa berdampak kagum. Kagum ilmu seseorang. Kagum pada kepribadian, dll. Dikembalikan pada allah itu contohnya adalah diiirngi dengan kalimat “masya Allah la quwwata illa billah”. Atau masya Allah tabaarakallahu ahsanul khooliqin. Agar terjaga dari akhlak lain yang tidak baik seperti mengkultuskan (tidak rasional). Aman bagi pengagumnya. Pintar itu semata-mata karena pemberian allah. Bahkan Sebagian ulama sampai menyebut “subhanallahu alladzi kholaqoka”. Ain itu sebuah kenyataan dalam kehidupan manusia. Penting supaya tidak terjadi ain, seperti pada bayik. Maka kepada yang melihatnya maka harus berdoa atau berdzikir agar terhindar dari ain.

Kisah Nabi Ya’qub AS yang menjaga pandangan dari ain akan anak-anaknya yang memiliki paras sangat baik (terhindar dari perhatian orang banyak).

وَقَالَ يَـٰبَنِىَّ لَا تَدْخُلُوا۟ مِنۢ بَابٍۢ وَٰحِدٍۢ وَٱدْخُلُوا۟ مِنْ أَبْوَٰبٍۢ مُّتَفَرِّقَةٍۢ ۖ وَمَآ أُغْنِى عَنكُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ إِنِ ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri". [Surat Yusuf (12) ayat 67].

Anak-anak Nabi Ya’qub diminat untuk memasuki pintu yang berbeda agar tidak menarik perhatian kalua secara bergerombol. Semata-mata untuk menghindarkan dari ain ini. Khwatir orang lain yang melihat tidak berdzikir.

Siapa yang terkena ain maka dianjurkan meruqiyah diri dengan alfaatihah, ayat qursi dan ayat alfalaq. Bisa juga dengan media seperti minyak zaitun dengan bacaan tadi. Kemudian minyak zaitun diusapkan ke seluruh badan agar Allah sqt memberkahi dirinya. zaitun adalah pohon keberkahan

۞ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكَوٰةٍۢ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ ٱلْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ ۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌۭ دُرِّىٌّۭ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍۢ مُّبَـٰرَكَةٍۢ زَيْتُونَةٍۢ لَّا شَرْقِيَّةٍۢ وَلَا غَرْبِيَّةٍۢ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۭ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍۢ ۗ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَـٰلَ لِلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۭ

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [Surat An-Nur (24) ayat 35].

Bisa juga orang yang terdampak ain berhak meminta bekas air mandi dari orang yang menjadi penyebab ain itu  sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

motivasi beralquran (fitrah nabawiyah dalam menghafal quran)

Kenapa Haafidz Quran itu sangat diistimewakan oleh Rasulullah saw? Karena mereka lah yang dekat dengan Allah swt, bagaimana lisan mereka sen...