Bismillahirrahmanirrahiim...
sedikit berkisah tentang seseorang yang berjuang untuk memperbaiki diri menjadi muslimah yang solihah lagi muslih. Semoga menjadi inspirasi bagi saya dan teman-teman yang secara tidak sengaja membuka laman blog ini.
Namanya disamarkan. Sebut saja fulanah. Beliau baru saja diterima menjadi salah satu pegawai kontrak disalah satu instansi kampus besar di Jawa Barat. Namun sejujurnya beliau sangat ingin menlanjutkan cita-citanya untuk sekolah setinggi-tingginya. Cita-citanya menjadi seorang dosen!. Sejak dulu memang sudah berkeinginan demikian. Namun jalan itu tidaklah mudah. Beberapa penolakan dari pemberi beasiswa maupun kampus kerap hadir dalam teras takdir kehidupan beliau. Hingga sampailah pada kesimpulan bahwa beliau akan bekerja dahulu. Entah gimana caranya nanti bisa kuliah.
Bekerja di tempat dengan nuansa akademisi semakin membuatnya bersemangat untuk melanjutkan perkuliahan. test TOEFL sebagai bekal untuk melamar beasiswapun sudah ia kantongi. Tinggal selangkah untuk melamar beasiswa yang diimpikan. ya LPDP.
Namun ada satu hal terpendam yang ingin ia capai pulak. cita-cita yang mungkin saat itu masih belum booming seperti sekarang ini!. Menjadi penghafal Quran. entah mengapa akhwat ini begitu terpesona sama para penghafal quran, seolah-olah ada energi dahsyat yang menarik dirinya untuk merasakan keberkahan dari Alquran. Ya. ini lah mimpi-mimpi lain dari si fullanah ini. Mimpi ini nampaknya selalu membayangi kehidupannya, tak pernah lepas dari setiap doa-doanya. Meminta pada sang khaliq agar mimpi itu bisa ia peluk.
Suatu hari disela-sela bekerja bersama teman-teman barunya, ia banyak belajar hal baru. Adaptasi dengan hal-hal baru. Betapa tidak, berkuliah dulu di UGM dengan nuansa kejawaan lalu bekerja di jabodetabek dengan kultur yang beragam tuturnya.
Pengumuman itu hadir! ia begitu sumringah menerima informasi tersebut. melalui tablet mitonya ia begitu jeli melihat informasi itu. layaknya melihat pengumuman beasiswa kelulusan saja. ia berita tentang tawaran belajar Alquran di Markaz Quran Indonesia. Lokasinya Jakarta Timur! tidak jauh dengan tempat ia bekerja!. sorak gembiar dalam hati semakin menguatlah mimpi itu agar terwujud. Lalu berkontaklah dengan temannya yang juga sama ingin tinggal di rumah quran. Maka mereka berdua menujulah lokasi tersebut untuk menjalankan test.
Hingga tibalah pengumuman diterimanya si fulanah di pesantren tersebut. tak disangka fulanah adalah salah satu santri pertama di tempat tersebut. Rupanya bagian akhwat ini memang baru, sebelumnya adalah santri-santri ikhwan. Tak masalah baginya, yang terpenting adalah bisa bersama Alquran. Belajar langsung dengan gurunda Kyai H. Abdul Aziz Abdur Rauf, Alhfafidz. Salah satu ustadz favoritenya ketika masih berada di Yogyakarta. Dan kini ia menjadi santrinya!.
Betapa bahagianya ia berada di lingkungan tersebut. Lingkungan yang ia rindukan sejak dahulu. Sejak meninggalkan pesantren darush shalihat, Yogyakarta. Hari demi hari dilalui dengan proses perjuangan bersama Alquran, berukhuwah dengan teman-teman baru meskipun usianya dengan variasi yang berbeda-beda.
Dipertengahan perjalanan menapaki kehidupan bersama teman-temannya di RQ dan bekerja, Keinginan untuk melanjutkan kuliah pun masih ia simpan sangat rapi motivasi tersebut. Hingga akhirnya fulanan mendaftar beasiswa LPDP dengan segala perjuangannya. Singkat cerita beliau lolos beasiswa S2. Maka langkah selanjutnya untuk si fulanah adalah mencari sekolah magister. Tak ingin melepaskan RQ maka fulanah pun melanjutkan kuliah di daerah Depok, Jawa Barat.
Maka fulanah pun menjalankan kehidupan sebagai santri dan mahasiswa di salah satu kampus di Depok. Dilalui dengan penuh syukur agar Allah terus memberikan pertolongan dari arah mana pun. Fulanah berpesan bahwa
"ketika hidayah menghafal Alquran itu hadir saat kita kuliah, kerja, atau apa pun itu, maka jangan sampai hidayah itu lepas begitu saja. Rawat dan syukuri dengan cara yang bisa kita lakukan. Jika memang Mengikuti sebuah lembaga dengan sistem di dalamnya adalah pilihan tepat, maka carilah dan Allah akan menolong kita dalam proses perjalananya".
Maka perjalanan menghafal Alquran dengan status sebagai mahasiswapun di lalui oleh Fulanah. Pastinya di awal-awal masih adaptasi. Kepadatan jadwal perkuliahan, organisasi, kegiatan sosial, dan agenda keumatan di RQ. Hanya dengan pertolongan Allah semuanya bisa dilewati meskipun dinamika itu selalu ada. Kesulitan menghafal pun kerap dijumpai. Namun mindset fiqrah Quran senantiasa ditanamkan sehingga insya Allah bisa terus bertahan.
Perjalanan menghafal Aqluran di asrama justeru membantu Fulanah secara sistem. Pagi sudah harus setoran, begitu uga dengan sore harinya. Lalu malam ada kegiatan kajian ilmu syariah lain. dengan demikian membantu fulanah untuk disiplin waktu dan tidak menyia-nyiakan kesempatan waktu yang telah Allah berikan.
Lalu bagaimana Fulanah membagi waktunya?
Fulanah bercerita bahwa di RQ ada targetan untuk ziayadah/ menambah hafalan baru, murajaah dan tilawah. Ketiganya kalau bisa harus tercapai. Maka dengan mengetahui target-an tersebut dibuatlah agenda prioritas. Biasanya kalau ziyadah ia lakukan di malam hari sebelum tidur setelah mengerjakan tugas kampus dan kajian. ziayadah yang disiapkan biasanya 1 halaman untuk esok harinya. Lalu ziyadah ini dikuatkan kembali setelah subuh. Untuk murajaah ia lakukan dalam solat. Biasanya yang paling nikmat itu adalah saat qiyamul lail. Jika tidak keburu ya bisa disolat sunnah lainnya, minimal bisa murajaah 1/4 juz. Mungkin tidak spektakuler para penghafal quran lainnya. yang terpenting adalah istiqomahnya. Lalu bagaimana dengan tilawah? tilawah ini biasanya dilakukan saat perjalanan menuju kampus. biasanya ke kampus naik angkutan umum dua kali. Naik carry lalu disambung naik angkot. Nah diangkot inilah menjadi tempat spesial bagi fulanah. Ia bisa menjadi tempat untuk tilawah atau mempersiapkan hafalan untuk setoran sore harinya. Jika tidak tercapai tilawah di dalam perjalanan, biasanya di sela-sela istirahat saat solat maupun dirapel esokan harinya.
"Hari-hari yang dilalui tanpa Alquran membuat hati gersang dan tidak nyaman. Kehadiran ayat-ayat Alquran dalam keseharian kita memberikan energi positif yang tak bisa dilogika".
Fulanah mengatakan bahwa... pembelajaran di RQ sebagai bekal dan proses belajar bertahun-tahun berikutnya saat kondisi kita tak lagi seideal di RQ di mana lingkungan sudah heterogen, zaman yang semakin dinamis, fitnah dunia yang terus membayang. Maka semoga Alquran ini bisa menjadi benteng utama kita sebagai muslimah yang berperan dalam 3 ranah. ya mungkin tak sekuat dulu dalam mujahadah bersama Alquran, namun tetaplah berdoa pada Allah agar hati kita senantiasa terpaut dalam kebaikan, terus bersama Alquran sepanjang kehidupan.
Begitulah kisah Fulanah. Kita juga bisa ambil kisah-kisah berjuang Alquran yang lebih dahsyat seperti halnya Kisah Umar bin Khottob. Beliau dengan amanahnya sebagai khalifah tak pernah sedikit pun meninggalkan Alquran ditengah sibuknya mengurus ummat. Beliau pilih waktu khusus bersama Alquran, beliau pilih solat malam untuk murajaah sebagaimana Rasulullah saw.
#menujusolihah
#shalihahbersama